CURRICULUM VITAE
nama : Ida Lestari
nama panggilan : Ida
agama : Islam
tempat, tanggal lahir : Sumbergede, 11 Juli 1996
alamat : Jl. Bumi Manti 2 No. 38, Kampung Baru, Bandar Lampung
e-mail : idalestari1414@gmail.com
media sosial :
- Instagram : @idalestari_ida
- Facebook : Ida Lestari
- Twitter : @tari_ida
moto hidup : Man Jadda wa Jadda
Kesibukan : Freelancer
PEMBUKAAN
Halo teman-teman semua, perkenalkan nama saya Ida Lestari. Saya dari Lampung. Saya baru saja menamatkan studi saya di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung bulan lalu. Banyak yang bertanya pada saya, mengapa jurusan saya sangat berbeda dengan dengan pekerjaan yang saya tekuni saat ini, yaitu media. Mungkin sebagian dari kalian juga merasakan hal yang sama? Anak teknik yang puitis mungkin, atau anak kimia yang melankolis. Jangan cemas kawan, kita bukan orang yang memiliki kelainan atau apalah itu. Itu normal-normal saja. Multitalent kan boleh-boleh saja. Oke, kembali lagi. Sebenarnya menulis itu adalah kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap orang, khususnya mahasiswa. Karena mau tak mau, mahasiswa harus mampu membuat karya tulis ketika ingin lulus. So, masih berpikir untuk belajar menulis? Atau sudah siap?
MATERI Sebagai seorang pemula, hal yang paling penting ketika ingin mulai menulis adalah ‘membaca’. Apa sih korelasinya? Membaca bisa membantumu menambah jumlah kosakata yang kamu punya. Membaca juga membantumu memahami bagaimana merangkai kata, dan membuat satu paragraf yang mudah dicerna. Buat kamu yang ingin menjadi penulis tetapi masih enggan untuk membaca, lebih baik mulailah berkenalan dengan dunia membaca. Siapa tahu suka, siapa tahu cinta nantinya. Lalu, yang kedua adalah ‘menulis’. Tulis apapun yang ingin kamu tulis. Jika bingung ingin menulis apa, tulis saja apa yang ada di pikiranmu. Contohnya, kamu ingin menulis cerita, tetapi kamu bingung ingin menulis dari mana. Coba saja mulai membuka laptop kamu, atau buku kamu, dan tulis. Misalnya, “hari ini aku ingin menulis, tetapi aku bingung ingin menulis apa. Padahal aku punya keinginan untuk menjadi seorang penulis besar seperti Andrea Hirata. Aku sangat menyukainya. Aku mulai menyukai Andrea Hirata sejak masih SD. Cerita yang dibawakan olehnya sangat memotivasi, salah satunya yang berjudul Laskar Pelangi. Di novel tersebut ada satu tokoh jenius bernama Lintang … bla … bla … bla ….” See? Pada awalnya kita bingung harus menulis apa, tapi tidak terasa kita sudah mendapatkan satu paragraf tulisan narasi. Tidak sulit, kan? Kita pakai ilmu ‘tahu-tahu’. Mulai saja dulu, tahu-tahu sudah dapat satu paragraf, tahu-tahu sudah satu lembar, tahu-tahu sudah satu buku. Kemudian, yang ketiga adalah ‘membaca ulang’. Selalu biasakan untuk membaca ulang apapun yang sudah kamu tulis. Hal ini bisa membantumu untuk menemukan kesalahankesalahan kecil yang mungkin tidak sengaja kamu lakukan, seperti salah ketik, atau kesalahan dalam keterpaduan kalimat. Dengan membiasakan membaca ulang, kamu akan terbiasa pula menjadi seorang editor, dan juga membantumu lebih paham pada alur tulisanmu sendiri. Yang keempat adalah ‘menyerahkan tulisanmu pada orang lain’. Kebanyakan pemula malu melakukannya. Alasannya banyak, dari yang tulisannya masih acak-acakan, alur cerita tidak rasional, dan masih banyak yang lainnya. Tapi, yang menjadi alasan utamanya adalah tidak percaya diri. Tenang, kamu tidak sendiri. Saya dulu juga melakukan hal yang sama. Tapi, apakah dengan terus melakukan itu kemampuan kita akan ter-upgrade? Taruhlah kita tahu kelemahan dan kelebihan kita. Tapi, apa kita yakin bahwa kita tidak membutuhkan saran orang lain?
Yuk, singkirkan dulu rasa malu itu, paling tidak pada teman terdekat kita. Minta dia membaca naskah kita dan memberikan kritik. Usahakan cari minimal tiga orang untuk membaca satu tulisan kita, lebih banyak lebih bagus. Tampung saran dan kritik mereka. Lalu, baca ulang naskah kita, dan perbaiki. Sekarang, kita lanjut ke pembuatan artikel. Untuk pembuatan artikel sedikit berbeda dengan jenis tulisan lain, karena kita membutuhkan riset mendalam mengenai topik yang ingin kita angkat. Basic saya sendiri adalah penulis artikel lingkungan. Beberapa tulisan saya bisa temanteman baca di Greatedu, cukup ketik nama saya di kolom searching, dan nanti akan muncul beberapa artikel edukasi lingkungan di sana. Atau, jika ingin bahasa yang lebih berat, temanteman bisa search nama saya di www.climatetracker.org, ada satu link tulisan saya di sana. Untuk artikel berita, teman-teman bisa membaca tulisan saya di www.redaksibengkulu.com. Namun, kali ini saya tidak akan membahas mengenai penulisan artikel lingkungan saja, tetapi akan membahas penulisan artikel secara umum. Sebuah artikel umumnya mengandung lead, problem, dan solution. Lead di sini adalah pembukaan atau pengenalan akan topik yang ingin kita angkat. Saya sendiri lebih senang membuat lead dengan gaya feature (cerita). Gaya feature adalah gaya menulis yang lebih seperti cerita. Saya selalu menerapkannya pada bagian lead atau pembuka. Untuk problem, sesuaikan dengan solution (solusi) yang ingin kita sampaikan. Sebuah artikel yang baik harus menyeimbangkan porsi problem dan solution yang ditulis. Kadangkadang, kita banyak menuliskan problem, namun hanya menuliskan satu-dua solusi. Hal tersebut yang perlu dihindari. Untuk solution (solusi), biasanya saya menyertakan narasumber yang ahli di bidangnya, bisa ilmuwan, dosen, atau NGO, bergantung pada tema yang kita angkat. Jumlahnya bisa satu, bisa dua, atau lebih. Banyak orang yang menyamakan antara artikel dan opini. Basicly¸keduanya sama. Namun, opini lebih mengedepankan solusi dari penulis sendiri, sedangkan artikel lebih mengedepankan solusi ilmiah dari banyak narasumber. Untuk saya pribadi, hal yang paling penting dalam pembuatan artikel adalah riset dan turun lapangan.
Contoh, ketika kita ingin membuat artikel tentang kembang api, hal pertama yang harus kita lakukan adalah riset sebanyak-banyaknya tentang kembang api. Seperti apa itu kembang api, tersusun dari apa, bagaimana membuatnya, sejarahnya seperti apa, berbahaya atau tidak, siapa saja yang suka memainkannya, kapan memainkannya, dan sebagainya. Dari informasi tersebut, nantinya kita bisa menentukan angle penulisan artikel kita. Misal, saya mau pakai angle bentuk kembang api dan bahaya kembang api. Jadilah artikel tersebut berjudul ‘Si Cantik yang Berbahaya’, yang isinya menjelaskan tentang keindahan kembang api dan bahayanya. Atau, ketika ingin mengambil angle waktu kembang api biasa dimainkan, jadilah artikel tersebut berjudul ‘Hari Raya Kelabu’, yang menjelaskan tentang kejadian miris di hari raya yang diakibatkan oleh kembang api. Loh, kok judul artikelnya seperti cerpen? Ingat, judul yang unik itu akan menarik pembaca. Sampai sekarang, masih banyak orang yang beranggapan bahwa ketika ingin membuat artikel, kita harus menggunakan bahasa yang serius. Tapi, tidak selalu begitu. Hal yang paling utama dari sebuah tulisan adalah dipahami oleh pembaca. Nah, tentunya sebelum memublikasikan artikel, kita harus tahu siapa sasaran kita. Jika kita ingin artikel tersebut dibaca oleh banyak kalangan, gunakan bahasa ringan dan pendekatan cerita (feature), sehingga lebih bisa diterima oleh masyarakat umum. Hal terakhir adalah turun lapangan. Saya selalu menyarankan ini untuk teman-teman yang ingin membuat artikel report. Mengapa? Karena dengan turun lapangan, kita bisa lebih memahami kondisi sebenarnya tentang topik yang kita bahas. Dengan begitu, kita akan lebih kaya materi penulisan. Dan hal yang penting juga adalah dokumentasi. Mengapa dokumentasi pribadi itu penting? Untuk saya pribadi, melampirakan dokumentasi yang relevan dengan isi menunjukkan usaha kita mencari data, dan hal tersebut akan menguatkan artikel kita, baik dari sisi sumber mau pun isi karena kita mendapatkan data di lapangan. Namun, tidak semua artikel harus turun lapangan. Beberapa bisa kita kerjakan on the desk, dengan cara riset sebanyakbanyaknya. Kita juga bisa melampirkan satu atau dua info grafis di dalamnya, seperti grafik atau bagan. Untuk mempermudah pembuatan info grafis, teman-teman bisa menggunakan aplikasi Canva, Piktochart, atau lainnya. Berikut contoh laman depan Piktochart.
Terakhir, carilah mentor. Jujur, keberadaan mentor ini amat sangat membantu saya berkembang. Tidak hanya memberikan pengarahan ketika kita salah, namun mentor juga bisa menjadi teman untuk bertukar pikiran. Kadang kala, dari obrolan-obrolan ringan seperti itu saya mendapat ide-ide tulisan, atau judul, atau link narasumber, atau bahkan event menulis. So, mentor adalah salah satu hal penting jika kamu ingin berkembang menjadi seorang penulis professional. Satu hal lagi, untuk teman-teman yang ingin menekuni dunia menulis, jangan takut untuk terus mencoba. Mulai saja dulu, biaskaan, nanti tulisanmu dengan sendirinya akan membaik. Ikutilah event-event menulis yang banyak diadakan oleh komunitas, seperti KIC, atau lembaga lain. Event-event seperti itu bisa membantu meng-upgrade kemampuan menulis kamu. Hadiah, jalan-jalan gratis juga teman yang memberikan lingkungan yang kondusif untuk kamu belajar menulis. Bonusnya adalah pembukuan atau pemublikasian karya kamu. Jadi, jangan capai-capai mencoba. Tetap semangat menulis! Salam literasi!
SESI TANYA-JAWAB
1. Ni Luh Putu Desi Amerta Asih Tanya : Bagaimana cara meningkatkan semangat menulis sebuah karya, agar tidak cepat ingin menyerah “Ah, saya males … saya tidak bisa”?
Jawab : Salam kenal, Ni Luh. Ni Luh sudah pernah ikut event, kah? Jika belum, coba Ni Luh ikutan event, deh. Dijamin akan nagih dan membuat Ni Luh tidak malas untuk menulis. Kakak sendiri juga awalnya punya permasalahan yang sama seperti Ni Luh, namun setekah ikut event dan beberapa kali bisa lolo, merasakan bagaimana enaknya di dunia luar sana, jadi ketagihan. So, mungkin Ni Kuh bisa coba cara Kakak. Semoga menjawab, yah.
2. Difa Felisa Tanya : Kak, cari mentor yang baik itu di mana, yah?
Jawab : Halo, Difa. Salam kenal. Difa punya teman yang sudah sering menulis? Jika punya, Difa bisa minta tolong dia untuk jadi mentor Difa. Atau, Difa bisa ikut komunitas literasi seperti KIC, atau komunitas literasi lain, yang tentunya banyak penulis hebat di dalamnya yang mau bertukar informasi. Atau, jika memang mau, Difa bisa kontak Kakak untuk sekadar tukar pikiran tentang tulisan Difa. Difa kirimkan saja ke e-mail Kakak di idalestari1414@gmail.com, insya Allah nanti akan dibantu.
3. Muhamad Ishaac Tanya : Apakah jika ingin menulis artikel dakwah juga harus riset/turun lapangan? Misalnya dakwah tentang pentingnya hijab, atau dakwah tentang pentingnya salat berjamaah.
Jawab : Halo, Ishaac. Seperti yang Kakak katakan sebelumnya, bahwa sebuah artikel tidak harus selalu turun lapangan. Teman-teman bisa work on the desk, tapi riset harus lebih mendalam. Tapi, ada baiknya Ishaac melampirkan wawancara dengan narasumber yang ahli di bidang dakwah. Contohnya mungkin pimpinan pondok, atau ustaz yang tentunya lebih memahami dan bisa meng-combine banyak dalil. Bagus lagi kalau Ishaac melakukan pendekatan dengan menceritakan satu atau dua tokoh yang berkaitan dengan topik. Contohnya, jika Ishaac menulis artikel tentang hijab, bagus dilampirkan cerita perjalanan seseorang mengenakan hijab.
Pendekatan seperti ini akan lebih bisa mengena dan mudah dipahami dibandingkan hanya artikel yang berisi dalil teori saja. Wallahu a’lam. Semoga membantu, yah.
4. Dwianka Elian Nurdewanty Tanya : Bagaimana cara menyikapi apabila ada seseorang yang tidak suka pada karya kita, Kak? Bahkan berusaha untuk menghancurkan (menjiplak) hasil jerih payah kita?
Jawab : Halo, Dwi. Apa kabar, Jombang? Wah, sakit sekali pastinya jika karya kita dijiplak oleh orang lain. Kakak dulu sering mengalami ini, tapi pada saat itu Kakak legowo, karena niatnya membuat karya untuk dinikmati saja. Dengan adanya penjiplakan berarti karya kita dianggap bagus, itu nilai plus-nya. Tapi, seiring waktu hal-hal tersebut tidak seharusnya didiamkan, karena hal itu sudah melanggar hak kita sebagai pencipta tentunya. Kalau di dunia media, banyak sanksi yang bisa diberikan kepada para pelanggar kode etik jurnalistik, dari yang sanksi social, denda, pemecatan, sampai ke penjara. Apalagi sekarang ada UU ITE. So, teman-teman jangan menjiplak, yah. Jika ingin menyadur, jangan lupa untuk selalu menyertakan sumbernya. Mungkin awal-awal kita bisa menegur dahulu secara baik-baik pelaku penjiplakan tersebut. Semoga membantu, yah.
5. Andi Annisa Tanya : Sekarang kan banyak pemuda yang punya keinginan untuk menulis, terutama menulis pengalamannya. Tapi, saat memulainya pun sulit untuk mencari sesuatu yang dapat menarik. Bagaimana cara untuk menulis sebuah pengalaman tapi yang dapat diterima oleh orang banyak?
Jawab : Halo, Andi. Membuat menarik sebuah tulisan sebenarnya adalah PR semua penulis, yang berarti PR saya juga. Saya juga sering kesulitan memunculkannya. Tapi untuk sebuah cerita pengalaman, coba Andi cari sisi lucu atau hal yang paling tidak bisa Andi lupakan. Buatlah point itu menjadi highlight, juga judul tulisan kamu. Combine dengan tata bahasa yang baik, tentu itu akan menjadi hal yang menarik. Contohnya, saya pernah menulis untuk satu media cetak pengalaman pribadi saya bersama ibu saya yang sudah 20 tahun tidak bertemu. Saya menghighlight hari pertama pertemuan saya. Nah, hal-hal semacam itu. Semoga bisa menjawab, yah.
6. Rohmatul Izah Tanya : Bagaimana menulis artikel ketika dilemma antara mengikuti kaidah PUEBI dan KBBI sementara bahasa yang tidak baku lebih mudah dipahami?
Jawab : Halo, Rohmah. Wah, sepertinya sudah advance, nih. Seperti yang saya katakan sebelumnya, bahwa menulis artikel tidak harus selalu menggunakan kalimat-kalimat ilmiah yang sulit dipahami. Kamu bisa menggunakan pendekatan feature yang gaya penulisannya lebih seperti cerpen. Tapi yang perlu kamu hindari adalah penggunaan kata gue-elo di dalam artikel. Santai boleh, namun tetap gunakan kaidah yang sesuai konteks, yah. Semoga membantu.
7. Nadia Rosa Tanya : Bagaimana cara agar tema dari cerita yang kita buat itu konsisten dan tidak melenceng dari cerita kita? Karena biasanya kalau cerita sudah dikembangkan itu bisa melenceng dari tema yang sudah ditentukan di awal.
Jawab : Halo, Nadia. Wah, agak susah jika membahas tulisan sastra, karena sebenarnya saya kurang menguasai. Tapi saya pernah mendengar pertanyaan yang sama saat memoderatori seminar sastra bersama Eyang Sapardi Djoko Damono. Saran dari beliau adalah tinggalkan dulu. Refreshing dulu satu dua hari, lalu baca lagi dari awal, dan tulis apa yang kamu skenariokan saat itu. Kalau saya sendiri jarang menulis sastra. Kadang juga saat menulis artikel dan terlalu melebar, saya berhenti sejenak. Lalu baca kembali dari awal, dan mulai mengedit tulisan tersebut. Semoga membantu.
8. Novita Ira Santika Tanya : Perbedaan dari gaya bahasa artikel, puisi, dan cerpen biasanya terletak di mana?
Jawab : Halo, Ira. Untuk puisi, tentunya pemilihan diksi yang berima akan lebih mempercantik. Puisi sendiri juga tidak mengindahkan unsur KBBI, lebih mengunggulkan estetika kata, rima, dan arti. Sedangkan cerpen dan artikel membutuhkan kalimat yang panjang, paragraf yang padu dan mempertimbangkan KBBI. Yang perlu diketahui, saya sering menggunakan bahasa cerpen sebagai lead dalam artikel saya, contohnya “wajah ibu Sarni kuyu menatap hasil panen padi yang bertumpuk dalam karung. Harga turun drastis, sedangkan Sarni membutuhkan tumpukan lembaran rupiah untuk mengobati suaminya.” Jadi, intinya bahasa cerpen bisa digunakan dalam artikel. Semoga membantu, yah.
9. Satriyati Tanya : Bagaimana menghilangkan rasa kurang percaya diri agar tidak malu saat tulisan kita dibaca banyak orang?
Jawab : Halo, Satriya. Yang perlu dilakukan adalah Satriya giat berlatih menulis. Mulailah menunjukkan tulisan dari orang-orang terdekat dulu, seperti mama, papa, adik, atau kakak. Dengarkan nasihat mereka. Sedikit demi sedikit, coba tunjukkan ke guru Satriya. Semangat berlatih, yah. Ingat, tidak ada karya tulis yang jelek. Adanya, kita kurang percaya diri. Semangat!
PENUTUP Menulislah, selagi engkau masih mampu untuk menulis. Tuangkan ide, pikiran, dan imajinasimu dalam deretan huruf yang tersusun dengan padu. Jangan takut untuk melakukan kesalahan, karena dari kesalahan kita bisa belajar untuk tidak mengambil langkah yang salah, untuk bisa menelisik di mana letak kesalahannya, dan untuk bisa memperbaiki kesalahan tersebut. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” Jadi, mari menulis, terus menulis, dan tetap menulis. Akhir kata, kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam notula ini datangnya dari pribadi notulis, jadi notulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga ilmu yang disampaikan dalam seminar ini juga diamalkan dengan baik oleh para peserta dan diri pribadi notulis. Salam literasi!
Senin, 22 April 2019
Jia
Notulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar