Seminar Kepenulisan 7
“Change The World With A Pen”
Bersama ABID AZHARY ZAIN, SE
Notulensi : Leli Rahmana Sari
Untuk mengawali diskusi, saya memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Abid Azhary Zain, asal Lombok Nusa Tenggara Barat, domisili di Yogyakarta. Sedang mengusahakan untuk bisa lanjut study ke jenjang S2, btw, doain ya! Tahun kemarin, Alhamdulillah, akhir Desember, buku saya telah resmi terbit. Judulnya : “Menikmati Gerimis Kerinduan”, tapi, kita tidak akan terlalu berfokus kepada buku dulu. Insya Allah, akan kita fokuskan pembahasan kita sesuai dengan tema, yang kurang lebih maknanya : "Mengubah Dunia Dengan Pena". Ada banyak hal yang bisa kita lakukan lewat tulisan, banyak sekali. Kita bisa berteriak, tanpa mengeluarkan suara. Kita bisa menangis sejadinya, tanpa terlihat air mata. Kita bisa mencaci maki, tanpa harus berhadapan muka. Tentu saja dengan menulis. Adapun tentang mengubah dunia, kita bisa memulainya dari dunia kita sendiri. Change our own world. Ada banyak para motivator sering mengatakan bahwa, orang yang menulis (dalam bentuk tulisan tentu saja) impiannya, akan lebih bersemangat untuk menggapai impiannya itu, daripada orang yang hanya memiliki impian, tapi tak pernah ia tulis dalam bentuk tulisan. Ada aura positif, ada nilai tambah, ada hal yang luar biasa di dalam kegiatan menulis. Dulu, ketika masih nyantri (masih jadi santri pondok), ketika menghafalkan sebuah kitab, guru menganjurkan kita untuk menulisnya ulang. Dan itu sangat efektif. Karena kita akan menghafal, tidak hanya yang kita lihat lalu hafalkan, tapi kita menghafal sesuatu yang pernah digoreskan oleh tangan kita langsung. Ingatan kita akan
Tapi, kembali lagi. bahwa "impianmu akan tetap menjadi impian, hingga kamu memutuskannya untuk menjadi kenyataan". Tak ada yang akan berubah dari dirimu jika tidak dimulai. Pada "membahas sesuatu dan memaknainya", tetapi "melakukan sesuatu setelah mendapatkan ilmunya". 'guru penulis' saya. Sering kali ia menjadi penulis, sekaligus editor. Hasilnya, tulisnya baru setengah, lalu ia baca ulang, dan dari hasil baca ulang tersebut, ia seringkali beranggapan bahwa tulisannya tak layak baca. padahal tulisan tersebut belum selesai. Jika ingin menyelesaikan sebuah tulisan, jangan jadikan dirimu sebagai penulis sekaligus editor di waktu yang sama. Selesaikan dulu tulisanmu, dan disitu jadilah penulis yang jujur terhadap dirimu sendiri. Ketika seudah selesai tulisan itu, barulah tengok, lihat, dan jadilah editor pertama, untuk tulisanmu yang sudah selesai. Jika ada yang perlu diubah, maka ubahlah. Ada yang blm sempurna, maka sempurnakan. Mengenai hal ini, kita memang harus segera memulai. Sehari kita menunda, sehari kita tertinggal oleh teman kita di luar sana. Dan kadang, kita harus merubah diri kita, kebiasaan kita. Mengutip ungkapan ROBERT KYOSAKI "banyak orang yang telah mengubah peraturan tertulis hidupnya, tetapi yang ia lakukan adalah suatu hal sama dengan masa sebelum ia merubah peraturannya". Artinya : kadang kita telah menulis sebuah 'daily activities', atau target harian. Tapi kelakuan kita, tak ada yang berubah. Kita masih saja malas semalas ketika kita belum menuliskan target harian. Maka dari itu, hal pertama yang perlu dilakukan sebelum pena kita berhasil merubah dunia kita, adalah "menggoreskan niat yang kuat, di dalam hati" Insya Allah, jika hati telah dipeluk oleh niat yang kuat, hati itu akan merangsang segenap tubuh kita untuk mencapai apa yang kita inginkan. Penulis yang baik, sebenarnya adalah pembaca, penonton, pengamat, pemikir, peneliti yang baik. Mau tidak mau, untuk bisa menulis sesuatu, kita harus banyak membaca, banyak melihat, banyak mengamati dan meneliti. Ada ungkapan bahwa "KAMU ADALAH APA YANG KAMU BACA, KAMU ADALAH APA YANG KAMU TONTON, KAMU ADALAH APA YANG KAMU NIKMATI SELALU". Jadi, kamu mau menjadikan dirimu menjadi apa? Kalau mau menjadi seorang pilot, maka belajarlah, telitilah, dan amati apapun yang akan mengantarkanmu menjadi seorang pilot, atau pengen bisa masak rendang, misalnya. Salah banget dong kalau mau masak rendang, tapi yang dipelajari malah resep ayam goreng. Jadi, penting mulai sekarang, untuk banyak membaca, mengamati, meneliti. Karena dari situlah akan muncul ide-ide, gagasan-gagasan, yang bisa kita sampaikan melalui tulisan. Atau gampangnya, mulailah mengamati aktivitas keseharianmu (untuk mulai belajar menulis). Dulu, saya memiliki buku diary. Ada banyak tulisan saya disitu tentang perasaan. Ada puisi, ada kata-kata motivasi para orang-orang sukses, ada banyak hal. sampai ada yang pernah mengkhawatirkan kepribadian saya... kan diary biasanya identik dengan cewek yah, but its doesn't matter. That is PROCESS.
Percayalah, nggak ada yang instan. Allah saja, ketika kita meminta kupu-kupu yang indah, tidak sertamerta langsung memberikan kita kupu-kupu. Malahan kita akan diberikan ulat yang menjijikkan. Tapi memang begitulah Allah. Ingin melihat apakah kita layak untuk mendapatkan apa yang kita impikan? Apakah kita sungguh-sungguh untuk menggapainya? Atau hanya sebatas keinginan sesaat karena mengikuti trend? Tapi, jika kawan2 bersabar, merawat ulat tadi, hingga membuatnya berkepompong, maka kupukupu yang lebih indah dari ekspektasi kita, akan hadir. Lalu, bagaimana jika banyak ocehan teman-teman kak? Biasanya, bakal ada yang akan mengatakan "ah, sok puitis", "ah, sok penulis", "sok rajin". Atau "tulisan kamu jelek", "tulisan kamu nggak pantes banget buat dibaca", "aneh". Hmmm. Joel Osteen (seorang berkebangsaan Amerika), mengatakan "Don't let the fear of what they think, stopping you". Kurang lebih maknanya "jangan biarkan apa yang mereka khawatirkan, membuatmu berhenti". Toh, hal yang paling penting dari menulis, adalah : memerdekakan diri sendiri. Percayalah, ada rasa indah yang luar biasa yang akan teman2 rasakan ketika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan, apalagi sebuah buku. Rasa indah yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang menulis. Sungguh. Belum lagi jika tulisan itu dibaca orang. Lalu pesan yang kita sampaikan pada tulisan tersebut bisa dimengerti olehnya. Thats something awesome. Nah, jangan tunda lagi deh. Memang, langkah pertama selalu terasa berat. Namun, jika sudah melangkah, mestinya langkah kedua, ketiga, keempat dan seterusnya akan terasa lebih ringan. Dan. Kalau lagi baca novel, cerpen, atau esay, usahakan jangan hanya baca. Perhatikan bagaimana cara penulis tersebut memaparkan sesuatu. Pelajari bagaimana ia menggabungkan kata demi kata hingga terdengar indah. Perhatikan bagaimana ia mengatur alur dan latar hingga berhasil menyentuh perasaan kita. Kalau ada yang pernah membaca karya ANDREA HIRATA, akan banyak menemukan penjabaran yang luar biasa di sana. Dalam buku "sang pemimpi" misalnya ada adegan yang -kalau di adegankan- hanya memakan waktu 2 detik saja lalu selesai. Tapi oleh beliau, bisa jadi -adegan yang hanya 2 detik tadi- ditulis dalam 2 halaman. Wow, buat saya itulah yang menarik dari beliau. Atau biasanya anak muda membaca novel karya BOY CANDRA, pelajari bagaimana ia memilih kata sehingga kalimat-kalimatnya menyentuh dan ber-rima. Mulailah dari sekarang mengumpulkan kata. sebanyak banyaknya. Saya ingin berbagi sebuah syair. “Tuntutlah ilmu, karena ilmu adalah hiasan bagi pemiliknya. Dan jadikan dirimu, menjadi pribadi yang bisa mengambil SEBUAH pelajaran setiap harinya. Dengan begitu, selamat berenang di kolam faidah.”
Mudah-mudahan kita tidak menjadikan impian kita hanya menjadi impian semata. Tapi harus jadi nyata. Mulailah dari hal kecil, mulailah membaca cerita-cerita yang kamu sukai, yang kira-kira bisa menggambarkan dirimu saat ini. Buat dirimu ketagihan membaca buku. Jangan lewatkan harimu tanpa membaca, meski hanya sehelai saja. Jika memungkinkan, renungkan hari-harimu tepat sebelum kamu memejamkan mata. Adakah hal baik, ataukah hal buruk semua. Adakah kamu telah berbuat sesuatu yang mendekatkanmu kepada impianmu. Dan yang terpenting, sering-seringlah berdoa, meminta agar dikuatkan, agar dimudahkan, agar diberi berkah, dan bisa bermanfaat buat sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar