Milenial Jaga Lingkungan Lewat Literasi
Oleh Desi Saragih
Halo semua! Salam
Sedikit perkenalan mengenai latar belakang
saya. Perkenalkan nama saya Desi Saragih. Saya adalah country delegates 9th
World Urban Forum dan Regional Chairperson di Youth for Climate Change (YFCC)
Indonesia. Tahun 2018 saya bekerja sebagai Indonesia Campaign Co Manager untuk CLIMATETRACKER.ORG,
sebuah inisiatif jurnalisme lingkungan global yang sudah melibatkan lebih dari
8000 jurnalis di 156 negara Climate Tracker aktif mengadakan pelatihan
jurnalisme baik untuk jurnalis profesional, aktifis, peneliti, yang berkaitan
dengan lingkungan agar mampu menulis tentang lingkungan. Saat ini saya juga bergabung
di LINDUNGI.COM , start up media online lingkungan yang Social-Influencer
oriented atau menyasar publik figur dalam penulisan artikelnya.
Teman-teman sudah tahu belum kalau Indonesia
meraih gelar yang gak banget di tahun 2016? Kita menjadi penyumbang sampah
plastik terbesar kedua di dunia. Ini masih satu contoh, ada banyak kegentingan
masalah lingkungan yang menunggu partisipasi teman-teman semua. Salah satu cara
yang bisa kita lakukan untuk lingkungan adalah dengan menulis.
Karenanya di sharing kali ini saya akan berbagi
tentang literasi dalam lingkungan.
Saya terlibat dalam aktivisme lingkungan sejak
2014, baik dari tingkat grassroot hingga internasional. Dari ikut workshop Climate Tracker sebagai peserta
di tahun 2017, hingga bekerja selama setahun di Climate Tracker ada banyak pelajaran yang saya peroleh
tentang peran literasi dalam lingkungan, spesifiknya tentang peran jurnalisme
dalam lingkungan dan gimana caranya penulis pemula seperti saya waktu itu bisa
menerbitkan tulisan tentang lingkungan di media.
Pada sharing kali ini saya akan menjelaskan
beberapa point yaitu :
1. Apa itu jurnalisme dalam lingkungan? Kalau
kita share tulisan di sosmed tentang lingkungan sudah termasuk jurnalisme
lingkungan gak?
2. Kenapa anak muda yang bergerak di aktivisme
perlu belajar menulis juga?
3. Gimana caranya biar bisa terbitkan tulisan
tentang lingkungan?
4. Pemberitaan yang positif tentang lingkungan,
emang bisa ? (Contoh artikel di Lindungi.com)
Yuk kita bahas satu-satu ya J
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang jurnalisme
lingkungan, kita perlu mengetahui dulu tulisan yang gimana sih yang sebenarnya
bisa disebut jurnalisme?
Di era serba digital sekarang ini, kita semakin
mudah memperoleh informasi. Alhasil, disana-sini kita kebanjiran informasi dan
berkomunikasi sudah jadi aktivitas yang gak asing lagi. Kita sering ngobrolin
tentang apa aja, tentang informasi A, B, C, D yang menurut kita menarik untuk
dibahas. Kita sering banget ngeshare
twit dari siapa aja, walaupun ternyata, menurut penelitian Carnegie Mellon University
pada tahun 2012 dari sekitar 175juta twit yang ditulis setiap harinya, hampir
99% nya tergolong pointless babble alias celoteh unfaedah.
Porsi yang didapat jurnalisme dalam aktivitas
komunikasi kita keseharian yang membludak ini memang tergolong kecil, tapi
ternyata menurut American Press Institue porsi ini justru dianggap jauh lebih
penting statusnya dan dicari-cari setiap kali ada kebutuhan informasi. – Nah,
kata-kata kebutuhan informasi ini perlu digarisbawahi.
Dari sini kita bisa mengetahui kalau jurnalisme
dalam lingkungan itu penting sebagai sarana bertukar informasi, terus apa dong
definisi jurnalisme dalam lingkungan ?
Menurut American
Press Institute, “Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menilai,
menciptakan, dan menyajikan berita dan informasi. Jurnalisme juga merupakan
produk dari kegiatan tersebut.”
Jadi ketika teman-teman mengumpulkan informasi
tentang lingkungan, data tentang frekuensi penggunaan kantong plastik di Toko A
misalnya, lalu data tersebut dianalisis dan dikembangkan dengan menginterview
orang yang belanja di Toko A, segala kegiatan yang dilakukan dalam “mencari”
informasi ini disebut sebagai aktivitas jurnalisme. Tentu saja kegiatan yang
dilakukan tergantung dengan jenis dan kompleksitas tulisan itu sendiri. Semakin
kompleks topik yang diangkat, perlu riset yang semakin dalam, dan perlu sumber
informasi yang semakin banyak juga.
Terus kalau post tulisan di instagram termasuk
jurnalisme nggak sih?
Gimana menurut teman2?
Jadi serunya tulis-menulis ini, media yang kita
gunakan sangat tergantung dengan target pembaca yang mau kita capai. Di
instagram pun sekarang banyak post-post yang menyajikan data, ada visual berupa
gambar maupun grafik yang penjelasannya dibikin di caption atau di foto yang
diupload. Post-post seperti ini bisa juga disebut salah satu aktifitas
jurnalisme, apalagi kalau data nya terbilang baru dan penting, release
tulisannya gak harus menunggu moderasi media mainstream untuk publish, sah-sah
aja kok dipost di sosial media dengan catatan yang kamu sampaikan merupakan
informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, jadi No Hoax ya J
Lanjut ke nomor 2, sebagai anak muda yang ingin
melakukan sesuatu untuk lingkungan mengapa kira-kira perlu belajar menulis ?
Yuk simak dulu gambar ini ya :
Apapun konteks dan skalanya, untuk membangun
gerakan lingkungan yang sustainable (berlanjut), diperlukan kehadiran Action
Taker & Action Communicator. Action Taker adalah orang2 yang langsung ikut
di aksi/kegiatan, misalnya kalau ada kegiatan Clean Up sampah di pantai,
relawan2 yg hadir bisa dibilang Action Taker karena terjun langsung ikutan di
aksi Clean up. Nah Action Communicator ini yang “influence” atau mempengaruhi
orang lain agar mau terlibat dan peduli tentang isu lingkungan yang mau
disoroti. Tapi disini berhubung kita
akan fokus ke literasi, saya akan membatasi tentang Action Communicator nya ya J
Seperti halnya di grup ini, gaya komunikasi
setiap orang pasti berbeda. Pernah gak teman-teman baca postingan disuatu akun
dan merasa klop banget, ngerti sampai ke akar-akar tulisannya tapi rasanya
ketika baca postingan akun lain rasanya gak nyambung? Gak bisa mengerti? Coba
kita simak skema ini yuk:
Katakanlah ada Bang Nopal yang jadi Kordinator
Zero Waste Lampung,
Bang Nopal dan teman2 sudah rembug kalau
pesertanya kali ini anak SMA, seusia Cute Girl yang baru selesai UN dan lagi
siap-siap menuju SNMPTN.
Kira2 mana yang paling menarik bagi peserta campaign
yang ditargetkan?
Kalau Bg Nopal ngikutin metode B, ngajakin
kampanye dengan bahasa yang kaku & formal, terus di kalimat ajakan untuk
poster yang dishare ke sekolah dibikin “Proyeksi Dampak Lingkungan dari Sampah
Plastik di SMA K dan Potensi Penerapan Konsep Zero Waste untuk Mengurangi
Sampah Plastik”
Dibandingkan ketika Nopal pakai cara A, poster
dibikin se-youthful mungkin, bahasanya juga anak SMA banget, dan konsep
campaign zero waste dibikin lebih fun seperti ajakan lomba caption instagram
pemenang akan dishare akun instagramnya, atau lainnya.
Menentukan bagaimana cara kita
mengkomunikasikan kampanye/gerakan lingkungan, sangat berpengaruh terhadap
kesuksesan inisiatif yang akan dilaksanakan.
3. Bagaimana
caranya biar bisa terbitkan tulisan lingkungan?
Satu2nya jawaban dari point ini adalah dengan
menulis, dan pitch (menawarkan tulisan ke media-media). Ada banyak aspek yang
perlu diperhatikan dalam penulisan, namun secara umum Visualisasi Data sangat
penting dalam literasi lingkungan. Materi tentang Visualisasi Data dapat
diakses disini : bit.ly/visualisasitulisan
Tips dan Trik pitch tulisan dari Chris Wright
(Director of Climate Tracker ) dapat teman-teman akses disini: http://bit.ly/pitchtulisan
4. Pemberitaan
yang positif tentang lingkungan, emang bisa ? (Contoh artikel di Lindungi.com)
Kalau teman2 baca berita lingkungan, apa yang
biasanya temen2 dengar?
Bencana alam? Kebakaran hutan?
Banyak pemberitaan lingkungan yang fokus ke
hal-hal menakutkan, mengerikan, kurang enak tentang lingkungan. Masyarakat jadi
berfikir kontradiktif seolah2 gak ada lagi harapan, gak ada lagi yang bisa kita
lakukan.
Padahal, kalau kita ambil cara pandang yang
berbeda, sebenarnya masih banyak hal-hal positif yang bisa kita angkat tentang
lingkungan. Menulis tentang lingkungan pun sama, seperti yang saya dan
teman-teman lindungi.com lakukan.
Mempelajari trending online dan minat
masyarakat, masyarakat lebih cepat tertarik ketika yg dibahas isu2 yg hangat,
positif, menyenangkan. Belum lagi kalau ada kaitannya dengan influencer
tertentu, pemberitaan bisa merebak dengan cepat. Disini kami melihat peluang
untuk “menyisipkan” literasi lingkungan agar masyarakat terpapar isu
lingkungan, atau setidaknya terbiasa dengan terminologi kampanye2 lingkungan
seperti kurangi sampah plastik dan lain-lain.
Pemberitaan yang positif memberikan efek yang
baik kepada pembaca. Harapannya mereka jadi terdorong untuk melalukan sesuatu
yang positif karena terinspirasi dari artikel yang diterbitkan.
Karena itu saya juga mengharapkan teman-teman
disini mulai menulis tentang lingkungan. Apalagi mendekati Ramadhan, semakin
banyak orang-orang yang berbelanja takjil atau bikin event buka bersama
misalnya. Nah bisa banget teman2 menyisipkan tulisan misalnya “ Bukber anti
mainstream Club Kuncup Imajinatif : Piknik Hijau Tanpa Plastik” atau lainnya.
PENUTUP :
Sekian materi dari saya tentang peran literasi
dalam gerakan lingkungan. Saya berharap materi yang saya sampaikan bisa
memotivasi teman-teman semua untuk menulis tentang lingkungan. Dengan ikut seminar
online ini, teman-teman sudah jadi Action Taker loh J
Semoga setelah ini teman-teman semua bisa menjadi Action Communicator dan
menginspirasi banyak orang lewat tulisan untuk peduli dengan lingkungan, saya
optimis.
Terimakasih.
Sesi Tanya Jawab:
*Sesi 1*
1.
Assalammualikum,
Saya rini
herdiani, asal tangsel.
Pertanyaannya :
Bagaimana cara nya mengajak teman-teman supaya cinta lingkungan dan menurangi
penggunaan plastik ketika jajan/menggunakan wadah sendiri kah misalnya
tupperware atau apa?
Terimakasih
2. Dewi Rahma
Febriyanti -Pekalongan-Kan pernah baca-baca info di ig dari akun asli stasiun
tv. Di situ ada berita yang menurut aku kurang benar tapi banyak yang percaya
gitu aja. Waktu saya ikut komen dan memberi bukti yang relevan malah dibilang
penyebar berita hoax. Nah sebagai generasi muda itu saat kita menemukan
kejadian tersebut harus bagaimana? Bukankah suatu negara akan maju kalau
rakyatnya cerdas? Lalu bagaimana Indonesia akan maju kalau rakyatnya saja tidak
mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hanya dengan melihat
siapa yang memiliki pengikut terbanyak itu yang dipercaya.
3.
Assalamu'alaikum Nama saya Nida'an Khafia
Asal Martapura
Kalimantan Selatan
Bagaimana
caranya memengaruhi seseorang yg kurang
perduli dengan lingkungan?
Silahkan kak
Desi, dipersilahlan menjawab pertanyaan sesi 1..☺
*Pertanyaan 1*
Kalau temen
sendiri malah lebih mudah menurut saya, kamu bsa tunjukin sendiri cara kamu
mengurangi sampah plastik & kasih tau person to person kenapa harus
mengurangi sampah plastik, yang jadi tantangan utk merubah kebiasaan dlm
menggunakan plastik sebenarnya konsistensi, saya dulu jg struggling dalam hal
ini, Alhamdulillah dgn konsisten menginformasikan kenapa hal tsb penting, ada
perubahan positif dari orang2 disekitar saya yg juga akhirnya ikut mengurangi
penggunaan plastik
*Pertanyaan 2*
Pembaca perlu
memilah kredibilitas media, disini kamu sdh melakukan hal yg benar dengan
meng-cross checking kebenaran berita yg kamu baca, salut banget dan dilanjutkan
ya 😎💪🏻
Untuk orang2 yg
lebih demen baca2 hoax, kadang confronting mereka langsung walaupun dgn
memaparkan bukti2 yg kredibel pun mereka tetap tolak mentah2, saya sendiri
pernah ngerasain capeknya ini 😅
Kalau kamu udh
berusaha, laporkan tulisan tsb & forward ke pihak yg berpengaruh adalah
cara terakhir yg biasanya saya lakukan
*Pertanyaan 3*
Pertanyaannya
sama dgn yg pertama ya 😊 intinya konsisten dalam
menginformasikan, dan kamu juga harus mengenali karakter dari orang yg mau
sampaikan informasi tsb, merujuk ke materi saya yang ini, kamu harus menentukan
cara mana yg harus dipilih?
Kalau mereka
tipe2 orang yg serius, pakai data saintifik untuk mendukung kampanye lingkungan
kamu
Kalau ternyata
masih pelajar misalnya, kaitkan dgn hal2 sekitar lingkungan sekolah mereka
Intinya kenali
karakter dari target kampanye kamu 😊
Waahh.. Jawaban
yang keren sekali ya, teman"🤩🤩
Sekali lagi,
jika ada yang ingin bertanya silahkan *PC* saya, dengan format:
*sesi
2*
1.
Assalamualaikum
Saya Suci
Rahmayani mhsswi hukum dri IAIN CURUP Bengkulu
Tdi kakak tlh
menjlskan bahwa "dalam menulis kita perlu memperhatikan berbagai aspek yg
penting", jd apakah dlm mnulis mengenai lingkungan ini hnya untk mreka yg
paham akan aspek2 itu td? Bagaiman cara millenial masuk ke dlmny? Apakah hrus
mempelajari lebih mengenai kepenulisan? Tks
2.
Assalamu'alaikum kak
Saya ingin
bertanya
Dalam sesi
kedua nanti
Saya Syifa
Hayati asal Banjarbaru, Kalsel
Pertanyaannya
adalah:
Bagaimana
caranya agar membuat setiap orang menjadi tergerak dalam suatu ajakan ke arah
kebaikan. Karena sepertinya masih banyak orang-orang yang tidak mau
mendengarkan, padahal itu adalah bukti bahwa kita memperdulikannya. Dan
terkadang mereka sering salah paham dan malah menganggap kita seperti orang
yang sok tahu. Jadi bagaimana cara agar dapat terus menghadapinya, meskipun di
setiap perkataannya itu sering menyakiti hati? Dan bagaimanakah caranya agar
kita sendiri juga tidak lupa diri, apabila mendapatkan suatu nikmat. Sehingga
terkadang lupa dengan orang lain....
3. Halo, kak
saya mau tanya, bagaimana tulisan" mengenai lingkungan itu bisa menjadi
kreatif dan bisa membuat si pembaca itu menjadi tidak bosan. Karena kan
sebagian orang, membaca yang begitu terasa 'monoton'.
Silahkan kak
Desi, dipersilahkan menjawab pertanyaan sesi 2..☺
*Pertanyaan 4*
Learn through
the process, sambil belajar dan memperbaiki tulisan kamu masih bisa banget menulis.
Justru disini milenial sebenernya punya banyak banget cara utk mengkampanyekan
lingkungan lewat tulisan.
Populasi
milenial Indonesia besar banget loh, kamu bsa mulai dengan memanfaatkan apa yg
skrg lagi digandrungi milenial,
Misalnya
milenial skrg anaknya sosmed banget,
Bisa dijadikan
kampanye kreatif di sosmed melalui caption2 yg seru kayak bikin challenge, dll
*Pertanyaan 5*
Pertanyannya
mirip dgn pertanyaan pertama & ketiga ya,
Kembali ke diri
sendiri sih kalau saya, saya aktif di aktivisme lingkungan sejak 2014 dan saya
niatkan utk bisa at least “lakukan sesuatu lah dari lingkungan sekitar dulu”,
dari kota kelahiran saya, Medan, dari sini semakin saya banyak berproses dan
bertemu banyak org saya jadi lebih menemukan beragam cara utk pendekatan dalam
kampanye lingkungan,
Dari mengajar
ke anak2 SD,
Kampanye
lingkungan lewat dongeng,
Kampanye
kreatif lewat milenial,
Kampanye yg
serius banget ke Pemerintah Kota,
Motivasi itu
akan hadir kalau dikejar & diusahakan, jadi tetap semangat ya 😎💪🏻
*Pertanyaan 6*
Gaya Menulis
itu sangat tergantung dengan :
Target pembaca
yg mau kamu capai
Media menulis
yg kamu gunakan
Kalau kamu
maunya kampanye kreatif, kamu bsa libatkan content creator yg memang konten2
nya byk berpusat di konten hiburan, contoh yg suka travelling, bisa kamu
arahkan jadi menulis ttg Eco-Tourism misalnya? Jadi hiburan dapet, tapi pesan
lingkungannya jg dapet
Wooww.. Mantap
ya tmn" jawabannya🤩
oke, kita
lanjut ke sesi terakhir..
*Sesi3*
7. Assalamualaikum, Nama saya siska Marsalina Asal
tembilahan riau. Pertanyaan saya apakah jika kita membuat tulisan tentang
lingkungan harus langsung ke tempatnya atau kita bisa ambil dari buku-buku.
Manakah yang lebih bagus. Terimakasih ☺
8. Dewi Rahma
Febriyanti - Pekalongan - Waktu itu di Sekolah ada acara semacam sosialisasi
kebersihan lingkungan(sekolah adiwiata) nah kan buat berbagai macam slogan dan
poster tiap kelas tentang kebersihan lingkungan dan membersihkan lingkungan.
Sayangnya sehari setelah acara itu, lingkungan sekolah malah kotor. Nah
sebaiknya cara apa agar bisa menyadarkan generasi muda untuk peduli lingkungan
tanpa perlu ada acara besar (agar terlihat baik dimata orang lain)?
9.
Assalamualaikum. Saya Aiman, asal dari Aceh.
Saya mau minta
saran dari narasumber, saya tiap harinya jualan dan banyak pelanggan yang harus
menggunakan plastik untuk membungkus barang, nah apa ada cara yang paling
efektif untuk saya dalam mengurangi dampak penggunaan plastik berlebihan untuk
kebutuhan pelanggan ?
TERIMAKASIH.
Silahkan kak
Desi, dipersilahlan menjawab pertanyaan sesi 3..☺
*Pertanyaan 7*
Bisa
investigative journalism, yg lgsg investigasi suatu isu ke tempatnya, atau bsa
jg nulis opini atau artikel terkait yg datanya dari sumber kedua, tapi yg perlu
diingat data nya harus kredibel dan sitasi / pencantuman sumber gk boleh sampai
lupa.
Masing2 ada
keunggulan dan kelemahannya sendiri,
Kembali ke
pembahasan kamu menargetkan siapa utk pembaca?
Utk
investigative journalism banyak ditargetkan ke pembuat kebijakan kayak
pemerintah dll supaya mereka “tersadar” ada masalah dan “didesak” utk membuat
keputusan, disini jenis tulisannya lebih serius dan kompleks, butuh waktu lebih
lama juga
Lalu
pertimbangan kedua, kamu mau menulis dimana?
Media online?
Atau cetak?
setiap media
punya aturan sendiri
Ada yg topiknya
serius bgt, ada yg enggak, ada yg butuh waktu moderasi panjang (waktu tunggu
keputusan artikel kamu diterima publish apa enggak) ada yg butuh moderasi
singkat
Jadi telaah
lagi, target pembacanya siapa? Mau dipublish dimana? Media yg kamu targetkan
karakter tulisannya seperti apa?
*Pertanyaan 8*
Nah ini kenapa
sblmnya saya sampaikan perlu Action Taker & Action Communicator.
Kalau ada
inisiatif yg gak sukses, besar kemungkinan salah 1 dari yg diatas ini blm ada,
ada baiknya setelah kalian “mengkomunikasikan” ,,ada jg yg “menggerakkan”
Dan perlu jg yg
mengawasi jalan keduanya bisa seimbang
Mungkin kalian
bsa memulai dengan bikin aksi bersih2 rutin?
*Pertanyaan 9*
Nah ini yg
sebenarnya perluuuu sekali didukung, jarang2 loh penjual yg mendatengi duluan,
Langkah awal
bisa dimulai dengan memberitahu pembeli, Bu/Pak kalau besok mau beli lagi bawa
wadah sendiri lebih bersih dan sehat loh, soalnya plastik itu kalau kena makanan
lama2 gak baik utk kesehatan
Plastik butuh
waktu yg lama utk terurai di lingkungan, bisa ratusan tahun tergantung dgn
jenis plastiknya
Plastik jg
sensitif dgn suhu,
Kalau terpapar
suhu panas (dari makanan atau minuman misalnya) bisa melepaskan dioxine, zat yg
beracun bagi tubuh manusia dan kalau dilepas ke alam bisa bikin lapisan ozon
menipis
Ada jg penjual
yg menerapkan sistem diskon,
Meskipun saya
tidak memaksakan ya Mas 😊
Jadi setiap
bawa wadah sendiri, belanjanya didiskon pembeli misal kalau ditempat saya beli
gorengan bawa wadah sendiri dikasih bonus 2 gorengan gitu
*didiskon
penjual maksudnya
Wahh, rinci
sekali ya jawabannya.. Terima kasih juga atas sarannya kak☺☺
Nah, ini ada
satu lagi pertanyaan yang beruntung akan dijawab oleh kak Desi lhoo..
*pertanyaan*
Assalamu'alaikum
kak
Nama saya Widia
Lasmita asal Padang Panjang
Kak, setiap
ikuti acara di sekolah, kampus, atau instansi pasti menyediakan botol plastik
air mineral dan snack yg dbungkus plastik setiap itemnya. Kita jga gak tau
bakal dikasih itu.
Kalau kritik soal ini didalam sebuah tulisan
gmana kak?
Silahkan kak
Desi yang sudah berbaik hati bisa menjawab langsung pertanyaan beruntungnya:)
Wahh, rinci
sekali ya jawabannya.. Terima kasih juga atas sarannya kak☺☺
Butuh
Tangan-tangan dari orang dengan latar belakang yang berbeda untuk sama2 bisa
menjaga lingkungan,
Walaupun kita
dari latar belakang yg berbeda, ada banyak cara kita untuk bisa memberikan
kontribusi bagi lingkungan.
Bagi teman2 yg
bisa menulis, menulislah ttg lingkungan,
Bagi teman2
pebisnis, bangunlah bisnis yg berkesadaran lingkungan, setidaknya dengan
mengurangi penggunaan plastik.
Mungkin cukup
sekian pertanyaan dan jawaban yang bisa dipaparkan, mohon maaf kepada penanya
yang tidak terpilih yaa🙏🙏
Sekian materi
dari saya tentang peran literasi dalam gerakan lingkungan.
Saya berharap
materi yang saya sampaikan bisa memotivasi teman2 untuk menulis tentang
lingkungan.
Bagi teman2 yg
ingin coba menulis, bisa kirimkan artikel ke lindungi.com ya 😊
Email saya :
desisaragih@lindungi.com
Saya tutup
materi saya dengan mengutip kata2 dari Chris Wright, Director dari Climate
Tracker global:
_Kita tidak
pernah tahu tulisan kita akan membawa kita ke perubahan seperti apa, tapi yang
pasti kita bisa tahu apa yang akan terjadi kalau kita tidak menulis : Tidak
akan ada perubahan yang terjadi_
Terimakasih
semuanya semoga bermanfaat 🙏🏻
Waahhh.. Terima
kasih atas materi yang sangat menginspirasi, terima kasih juga sudah bersedia
untuk memberikan ilmu nya ka Desi🤩🤩🤩
Terakhir, saya
Regina Maheswari Saniputri selaku moderator, mohon undur diri, terima kasih
atas partisipasinya dan mohon maaf apabila ada kesalahan, Wassalamualaikum wr. Wb.
Salam hangat,
Moderator
seminar,
Regina
Maheswari Saniputri
Notulensi,
Herlina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar