Minggu, 09 Februari 2020

Notulensi Seminar Kepenulisan 18


Milenial Jaga Lingkungan Lewat Literasi
Oleh Desi Saragih



Halo semua! Salam
Sedikit perkenalan mengenai latar belakang saya. Perkenalkan nama saya Desi Saragih. Saya adalah country delegates 9th World Urban Forum dan Regional Chairperson di Youth for Climate Change (YFCC) Indonesia. Tahun 2018 saya bekerja sebagai Indonesia Campaign Co Manager untuk CLIMATETRACKER.ORG, sebuah inisiatif jurnalisme lingkungan global yang sudah melibatkan lebih dari 8000 jurnalis di 156 negara Climate Tracker aktif mengadakan pelatihan jurnalisme baik untuk jurnalis profesional, aktifis, peneliti, yang berkaitan dengan lingkungan agar mampu menulis tentang lingkungan. Saat ini saya juga bergabung di LINDUNGI.COM , start up media online lingkungan yang Social-Influencer oriented atau menyasar publik figur dalam penulisan artikelnya.


Teman-teman sudah tahu belum kalau Indonesia meraih gelar yang gak banget di tahun 2016? Kita menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia. Ini masih satu contoh, ada banyak kegentingan masalah lingkungan yang menunggu partisipasi teman-teman semua. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk lingkungan adalah dengan menulis.

Karenanya di sharing kali ini saya akan berbagi tentang literasi dalam lingkungan.

Saya terlibat dalam aktivisme lingkungan sejak 2014, baik dari tingkat grassroot hingga internasional. Dari  ikut workshop Climate Tracker sebagai peserta di tahun 2017, hingga bekerja selama setahun di Climate Tracker  ada banyak pelajaran yang saya peroleh tentang peran literasi dalam lingkungan, spesifiknya tentang peran jurnalisme dalam lingkungan dan gimana caranya penulis pemula seperti saya waktu itu bisa menerbitkan tulisan tentang lingkungan di media.

Pada sharing kali ini saya akan menjelaskan beberapa point yaitu :


1. Apa itu jurnalisme dalam lingkungan? Kalau kita share tulisan di sosmed tentang lingkungan sudah termasuk jurnalisme lingkungan gak?
2. Kenapa anak muda yang bergerak di aktivisme perlu belajar menulis juga?
3. Gimana caranya biar bisa terbitkan tulisan tentang lingkungan?
4. Pemberitaan yang positif tentang lingkungan, emang bisa ? (Contoh artikel di Lindungi.com)

Yuk kita bahas satu-satu ya J

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang jurnalisme lingkungan, kita perlu mengetahui dulu tulisan yang gimana sih yang sebenarnya bisa disebut jurnalisme?

Di era serba digital sekarang ini, kita semakin mudah memperoleh informasi. Alhasil, disana-sini kita kebanjiran informasi dan berkomunikasi sudah jadi aktivitas yang gak asing lagi. Kita sering ngobrolin tentang apa aja, tentang informasi A, B, C, D yang menurut kita menarik untuk dibahas. Kita sering banget ngeshare twit dari siapa aja, walaupun ternyata, menurut penelitian Carnegie Mellon University pada tahun 2012 dari sekitar 175juta twit yang ditulis setiap harinya, hampir 99% nya tergolong pointless babble alias celoteh unfaedah.

Porsi yang didapat jurnalisme dalam aktivitas komunikasi kita keseharian yang membludak ini memang tergolong kecil, tapi ternyata menurut American Press Institue porsi ini justru dianggap jauh lebih penting statusnya dan dicari-cari setiap kali ada kebutuhan informasi. – Nah, kata-kata kebutuhan informasi ini perlu digarisbawahi. 

Dari sini kita bisa mengetahui kalau jurnalisme dalam lingkungan itu penting sebagai sarana bertukar informasi, terus apa dong definisi jurnalisme dalam lingkungan ?
Menurut American Press Institute, “Jurnalisme adalah kegiatan mengumpulkan, menilai, menciptakan, dan menyajikan berita dan informasi. Jurnalisme juga merupakan produk dari kegiatan tersebut.”



Jadi ketika teman-teman mengumpulkan informasi tentang lingkungan, data tentang frekuensi penggunaan kantong plastik di Toko A misalnya, lalu data tersebut dianalisis dan dikembangkan dengan menginterview orang yang belanja di Toko A, segala kegiatan yang dilakukan dalam “mencari” informasi ini disebut sebagai aktivitas jurnalisme. Tentu saja kegiatan yang dilakukan tergantung dengan jenis dan kompleksitas tulisan itu sendiri. Semakin kompleks topik yang diangkat, perlu riset yang semakin dalam, dan perlu sumber informasi yang semakin banyak juga.

Terus kalau post tulisan di instagram termasuk jurnalisme nggak sih?
Gimana menurut teman2?
Jadi serunya tulis-menulis ini, media yang kita gunakan sangat tergantung dengan target pembaca yang mau kita capai. Di instagram pun sekarang banyak post-post yang menyajikan data, ada visual berupa gambar maupun grafik yang penjelasannya dibikin di caption atau di foto yang diupload. Post-post seperti ini bisa juga disebut salah satu aktifitas jurnalisme, apalagi kalau data nya terbilang baru dan penting, release tulisannya gak harus menunggu moderasi media mainstream untuk publish, sah-sah aja kok dipost di sosial media dengan catatan yang kamu sampaikan merupakan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan, jadi No Hoax ya J
Lanjut ke nomor 2, sebagai anak muda yang ingin melakukan sesuatu untuk lingkungan mengapa kira-kira perlu belajar menulis ?
Yuk simak dulu gambar ini ya :




Apapun konteks dan skalanya, untuk membangun gerakan lingkungan yang sustainable (berlanjut), diperlukan kehadiran Action Taker & Action Communicator. Action Taker adalah orang2 yang langsung ikut di aksi/kegiatan, misalnya kalau ada kegiatan Clean Up sampah di pantai, relawan2 yg hadir bisa dibilang Action Taker karena terjun langsung ikutan di aksi Clean up. Nah Action Communicator ini yang “influence” atau mempengaruhi orang lain agar mau terlibat dan peduli tentang isu lingkungan yang mau disoroti.  Tapi disini berhubung kita akan fokus ke literasi, saya akan membatasi tentang Action Communicator nya ya J

Seperti halnya di grup ini, gaya komunikasi setiap orang pasti berbeda. Pernah gak teman-teman baca postingan disuatu akun dan merasa klop banget, ngerti sampai ke akar-akar tulisannya tapi rasanya ketika baca postingan akun lain rasanya gak nyambung? Gak bisa mengerti? Coba kita simak skema ini yuk:

Katakanlah ada Bang Nopal yang jadi Kordinator Zero Waste Lampung,
Bang Nopal dan teman2 sudah rembug kalau pesertanya kali ini anak SMA, seusia Cute Girl yang baru selesai UN dan lagi siap-siap menuju SNMPTN.

Kira2 mana yang paling menarik bagi peserta campaign yang ditargetkan?
Kalau Bg Nopal ngikutin metode B, ngajakin kampanye dengan bahasa yang kaku & formal, terus di kalimat ajakan untuk poster yang dishare ke sekolah dibikin “Proyeksi Dampak Lingkungan dari Sampah Plastik di SMA K dan Potensi Penerapan Konsep Zero Waste untuk Mengurangi Sampah Plastik”

Dibandingkan ketika Nopal pakai cara A, poster dibikin se-youthful mungkin, bahasanya juga anak SMA banget, dan konsep campaign zero waste dibikin lebih fun seperti ajakan lomba caption instagram pemenang akan dishare akun instagramnya, atau lainnya.

Menentukan bagaimana cara kita mengkomunikasikan kampanye/gerakan lingkungan, sangat berpengaruh terhadap kesuksesan inisiatif yang akan dilaksanakan.

3. Bagaimana caranya biar bisa terbitkan tulisan lingkungan?

Satu2nya jawaban dari point ini adalah dengan menulis, dan pitch (menawarkan tulisan ke media-media). Ada banyak aspek yang perlu diperhatikan dalam penulisan, namun secara umum Visualisasi Data sangat penting dalam literasi lingkungan. Materi tentang Visualisasi Data dapat diakses disini :  bit.ly/visualisasitulisan

Tips dan Trik pitch tulisan dari Chris Wright (Director of Climate Tracker ) dapat teman-teman akses disini: http://bit.ly/pitchtulisan



4. Pemberitaan yang positif tentang lingkungan, emang bisa ? (Contoh artikel di Lindungi.com)

Kalau teman2 baca berita lingkungan, apa yang biasanya temen2 dengar?
Bencana alam? Kebakaran hutan?

Banyak pemberitaan lingkungan yang fokus ke hal-hal menakutkan, mengerikan, kurang enak tentang lingkungan. Masyarakat jadi berfikir kontradiktif seolah2 gak ada lagi harapan, gak ada lagi yang bisa kita lakukan.
Padahal, kalau kita ambil cara pandang yang berbeda, sebenarnya masih banyak hal-hal positif yang bisa kita angkat tentang lingkungan. Menulis tentang lingkungan pun sama, seperti yang saya dan teman-teman lindungi.com lakukan.

Mempelajari trending online dan minat masyarakat, masyarakat lebih cepat tertarik ketika yg dibahas isu2 yg hangat, positif, menyenangkan. Belum lagi kalau ada kaitannya dengan influencer tertentu, pemberitaan bisa merebak dengan cepat. Disini kami melihat peluang untuk “menyisipkan” literasi lingkungan agar masyarakat terpapar isu lingkungan, atau setidaknya terbiasa dengan terminologi kampanye2 lingkungan seperti kurangi sampah plastik dan lain-lain.

Pemberitaan yang positif memberikan efek yang baik kepada pembaca. Harapannya mereka jadi terdorong untuk melalukan sesuatu yang positif karena terinspirasi dari artikel yang diterbitkan.

Karena itu saya juga mengharapkan teman-teman disini mulai menulis tentang lingkungan. Apalagi mendekati Ramadhan, semakin banyak orang-orang yang berbelanja takjil atau bikin event buka bersama misalnya. Nah bisa banget teman2 menyisipkan tulisan misalnya “ Bukber anti mainstream Club Kuncup Imajinatif : Piknik Hijau Tanpa Plastik” atau lainnya.


PENUTUP :
Sekian materi dari saya tentang peran literasi dalam gerakan lingkungan. Saya berharap materi yang saya sampaikan bisa memotivasi teman-teman semua untuk menulis tentang lingkungan. Dengan ikut seminar online ini, teman-teman sudah jadi Action Taker loh J Semoga setelah ini teman-teman semua bisa menjadi Action Communicator dan menginspirasi banyak orang lewat tulisan untuk peduli dengan lingkungan, saya optimis.

Terimakasih.


Sesi Tanya Jawab:
*Sesi 1*

1. Assalammualikum,
Saya rini herdiani, asal tangsel.
Pertanyaannya : Bagaimana cara nya mengajak teman-teman supaya cinta lingkungan dan menurangi penggunaan plastik ketika jajan/menggunakan wadah sendiri kah misalnya tupperware atau apa?
Terimakasih

2. Dewi Rahma Febriyanti -Pekalongan-Kan pernah baca-baca info di ig dari akun asli stasiun tv. Di situ ada berita yang menurut aku kurang benar tapi banyak yang percaya gitu aja. Waktu saya ikut komen dan memberi bukti yang relevan malah dibilang penyebar berita hoax. Nah sebagai generasi muda itu saat kita menemukan kejadian tersebut harus bagaimana? Bukankah suatu negara akan maju kalau rakyatnya cerdas? Lalu bagaimana Indonesia akan maju kalau rakyatnya saja tidak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hanya dengan melihat siapa yang memiliki pengikut terbanyak itu yang dipercaya.

3. Assalamu'alaikum Nama saya Nida'an Khafia
Asal Martapura Kalimantan Selatan
Bagaimana caranya  memengaruhi seseorang yg kurang perduli dengan lingkungan?

Silahkan kak Desi, dipersilahlan menjawab pertanyaan sesi 1..
*Pertanyaan 1*
Kalau temen sendiri malah lebih mudah menurut saya, kamu bsa tunjukin sendiri cara kamu mengurangi sampah plastik & kasih tau person to person kenapa harus mengurangi sampah plastik, yang jadi tantangan utk merubah kebiasaan dlm menggunakan plastik sebenarnya konsistensi, saya dulu jg struggling dalam hal ini, Alhamdulillah dgn konsisten menginformasikan kenapa hal tsb penting, ada perubahan positif dari orang2 disekitar saya yg juga akhirnya ikut mengurangi penggunaan plastik

*Pertanyaan 2*
Pembaca perlu memilah kredibilitas media, disini kamu sdh melakukan hal yg benar dengan meng-cross checking kebenaran berita yg kamu baca, salut banget dan dilanjutkan ya 😎💪🏻
Untuk orang2 yg lebih demen baca2 hoax, kadang confronting mereka langsung walaupun dgn memaparkan bukti2 yg kredibel pun mereka tetap tolak mentah2, saya sendiri pernah ngerasain capeknya ini 😅
Kalau kamu udh berusaha, laporkan tulisan tsb & forward ke pihak yg berpengaruh adalah cara terakhir yg biasanya saya lakukan

*Pertanyaan 3*
Pertanyaannya sama dgn yg pertama ya 😊 intinya konsisten dalam menginformasikan, dan kamu juga harus mengenali karakter dari orang yg mau sampaikan informasi tsb, merujuk ke materi saya yang ini, kamu harus menentukan cara mana yg harus dipilih?
Kalau mereka tipe2 orang yg serius, pakai data saintifik untuk mendukung kampanye lingkungan kamu
Kalau ternyata masih pelajar misalnya, kaitkan dgn hal2 sekitar lingkungan sekolah mereka
Intinya kenali karakter dari target kampanye kamu 😊

Waahh.. Jawaban yang keren sekali ya, teman"🤩🤩

Sekali lagi, jika ada yang ingin bertanya silahkan *PC* saya, dengan format:

*sesi 2*
1. Assalamualaikum
Saya Suci Rahmayani mhsswi hukum dri IAIN CURUP Bengkulu
Tdi kakak tlh menjlskan bahwa "dalam menulis kita perlu memperhatikan berbagai aspek yg penting", jd apakah dlm mnulis mengenai lingkungan ini hnya untk mreka yg paham akan aspek2 itu td? Bagaiman cara millenial masuk ke dlmny? Apakah hrus mempelajari lebih mengenai kepenulisan? Tks

2. Assalamu'alaikum kak
Saya ingin bertanya
Dalam sesi kedua nanti
Saya Syifa Hayati asal Banjarbaru, Kalsel
Pertanyaannya adalah:
Bagaimana caranya agar membuat setiap orang menjadi tergerak dalam suatu ajakan ke arah kebaikan. Karena sepertinya masih banyak orang-orang yang tidak mau mendengarkan, padahal itu adalah bukti bahwa kita memperdulikannya. Dan terkadang mereka sering salah paham dan malah menganggap kita seperti orang yang sok tahu. Jadi bagaimana cara agar dapat terus menghadapinya, meskipun di setiap perkataannya itu sering menyakiti hati? Dan bagaimanakah caranya agar kita sendiri juga tidak lupa diri, apabila mendapatkan suatu nikmat. Sehingga terkadang lupa dengan orang lain....

3. Halo, kak saya mau tanya, bagaimana tulisan" mengenai lingkungan itu bisa menjadi kreatif dan bisa membuat si pembaca itu menjadi tidak bosan. Karena kan sebagian orang, membaca yang begitu terasa 'monoton'.

Silahkan kak Desi, dipersilahkan menjawab pertanyaan sesi 2..

*Pertanyaan 4*

Learn through the process, sambil belajar dan memperbaiki tulisan kamu masih bisa banget menulis. Justru disini milenial sebenernya punya banyak banget cara utk mengkampanyekan lingkungan lewat tulisan.
Populasi milenial Indonesia besar banget loh, kamu bsa mulai dengan memanfaatkan apa yg skrg lagi digandrungi milenial,
Misalnya milenial skrg anaknya sosmed banget,
Bisa dijadikan kampanye kreatif di sosmed melalui caption2 yg seru kayak bikin challenge, dll

*Pertanyaan 5*
Pertanyannya mirip dgn pertanyaan pertama & ketiga ya,
Kembali ke diri sendiri sih kalau saya, saya aktif di aktivisme lingkungan sejak 2014 dan saya niatkan utk bisa at least “lakukan sesuatu lah dari lingkungan sekitar dulu”, dari kota kelahiran saya, Medan, dari sini semakin saya banyak berproses dan bertemu banyak org saya jadi lebih menemukan beragam cara utk pendekatan dalam kampanye lingkungan,
Dari mengajar ke anak2 SD,
Kampanye lingkungan lewat dongeng,
Kampanye kreatif lewat milenial,
Kampanye yg serius banget ke Pemerintah Kota,
Motivasi itu akan hadir kalau dikejar & diusahakan, jadi tetap semangat ya 😎💪🏻

*Pertanyaan 6*
Gaya Menulis itu sangat tergantung dengan :
Target pembaca yg mau kamu capai
Media menulis yg kamu gunakan
Kalau kamu maunya kampanye kreatif, kamu bsa libatkan content creator yg memang konten2 nya byk berpusat di konten hiburan, contoh yg suka travelling, bisa kamu arahkan jadi menulis ttg Eco-Tourism misalnya? Jadi hiburan dapet, tapi pesan lingkungannya jg dapet

Wooww.. Mantap ya tmn" jawabannya🤩
oke, kita lanjut ke sesi terakhir..

*Sesi3*

7.  Assalamualaikum, Nama saya siska Marsalina Asal tembilahan riau. Pertanyaan saya apakah jika kita membuat tulisan tentang lingkungan harus langsung ke tempatnya atau kita bisa ambil dari buku-buku. Manakah yang lebih bagus. Terimakasih

8. Dewi Rahma Febriyanti - Pekalongan - Waktu itu di Sekolah ada acara semacam sosialisasi kebersihan lingkungan(sekolah adiwiata) nah kan buat berbagai macam slogan dan poster tiap kelas tentang kebersihan lingkungan dan membersihkan lingkungan. Sayangnya sehari setelah acara itu, lingkungan sekolah malah kotor. Nah sebaiknya cara apa agar bisa menyadarkan generasi muda untuk peduli lingkungan tanpa perlu ada acara besar (agar terlihat baik dimata orang lain)?

9. Assalamualaikum. Saya Aiman, asal dari Aceh.
Saya mau minta saran dari narasumber, saya tiap harinya jualan dan banyak pelanggan yang harus menggunakan plastik untuk membungkus barang, nah apa ada cara yang paling efektif untuk saya dalam mengurangi dampak penggunaan plastik berlebihan untuk kebutuhan pelanggan ?
TERIMAKASIH.

Silahkan kak Desi, dipersilahlan menjawab pertanyaan sesi 3..

*Pertanyaan 7*
Bisa investigative journalism, yg lgsg investigasi suatu isu ke tempatnya, atau bsa jg nulis opini atau artikel terkait yg datanya dari sumber kedua, tapi yg perlu diingat data nya harus kredibel dan sitasi / pencantuman sumber gk boleh sampai lupa.
Masing2 ada keunggulan dan kelemahannya sendiri,
Kembali ke pembahasan kamu menargetkan siapa utk pembaca?
Utk investigative journalism banyak ditargetkan ke pembuat kebijakan kayak pemerintah dll supaya mereka “tersadar” ada masalah dan “didesak” utk membuat keputusan, disini jenis tulisannya lebih serius dan kompleks, butuh waktu lebih lama juga
Lalu pertimbangan kedua, kamu mau menulis dimana?
Media online? Atau cetak?
setiap media punya aturan sendiri
Ada yg topiknya serius bgt, ada yg enggak, ada yg butuh waktu moderasi panjang (waktu tunggu keputusan artikel kamu diterima publish apa enggak) ada yg butuh moderasi singkat
Jadi telaah lagi, target pembacanya siapa? Mau dipublish dimana? Media yg kamu targetkan karakter tulisannya seperti apa?

*Pertanyaan 8*
Nah ini kenapa sblmnya saya sampaikan perlu Action Taker & Action Communicator.
Kalau ada inisiatif yg gak sukses, besar kemungkinan salah 1 dari yg diatas ini blm ada, ada baiknya setelah kalian “mengkomunikasikan” ,,ada jg yg “menggerakkan”
Dan perlu jg yg mengawasi jalan keduanya bisa seimbang
Mungkin kalian bsa memulai dengan bikin aksi bersih2 rutin?

*Pertanyaan 9*
Nah ini yg sebenarnya perluuuu sekali didukung, jarang2 loh penjual yg mendatengi duluan,
Langkah awal bisa dimulai dengan memberitahu pembeli, Bu/Pak kalau besok mau beli lagi bawa wadah sendiri lebih bersih dan sehat loh, soalnya plastik itu kalau kena makanan lama2 gak baik utk kesehatan
Plastik butuh waktu yg lama utk terurai di lingkungan, bisa ratusan tahun tergantung dgn jenis plastiknya
Plastik jg sensitif dgn suhu,
Kalau terpapar suhu panas (dari makanan atau minuman misalnya) bisa melepaskan dioxine, zat yg beracun bagi tubuh manusia dan kalau dilepas ke alam bisa bikin lapisan ozon menipis
Ada jg penjual yg menerapkan sistem diskon,
Meskipun saya tidak memaksakan ya Mas 😊
Jadi setiap bawa wadah sendiri, belanjanya didiskon pembeli misal kalau ditempat saya beli gorengan bawa wadah sendiri dikasih bonus 2 gorengan gitu
*didiskon penjual maksudnya

Wahh, rinci sekali ya jawabannya.. Terima kasih juga atas sarannya kak☺☺
Nah, ini ada satu lagi pertanyaan yang beruntung akan dijawab oleh kak Desi lhoo..

*pertanyaan*
Assalamu'alaikum kak
Nama saya Widia Lasmita asal Padang Panjang
Kak, setiap ikuti acara di sekolah, kampus, atau instansi pasti menyediakan botol plastik air mineral dan snack yg dbungkus plastik setiap itemnya. Kita jga gak tau bakal dikasih itu.
 Kalau kritik soal ini didalam sebuah tulisan gmana kak?

Silahkan kak Desi yang sudah berbaik hati bisa menjawab langsung pertanyaan beruntungnya:)

Wahh, rinci sekali ya jawabannya.. Terima kasih juga atas sarannya kak☺☺
Butuh Tangan-tangan dari orang dengan latar belakang yang berbeda untuk sama2 bisa menjaga lingkungan,
Walaupun kita dari latar belakang yg berbeda, ada banyak cara kita untuk bisa memberikan kontribusi bagi lingkungan.
Bagi teman2 yg bisa menulis, menulislah ttg lingkungan,
Bagi teman2 pebisnis, bangunlah bisnis yg berkesadaran lingkungan, setidaknya dengan mengurangi penggunaan plastik.
Mungkin cukup sekian pertanyaan dan jawaban yang bisa dipaparkan, mohon maaf kepada penanya yang tidak terpilih yaa🙏🙏
Sekian materi dari saya tentang peran literasi dalam gerakan lingkungan.
Saya berharap materi yang saya sampaikan bisa memotivasi teman2 untuk menulis tentang lingkungan.
Bagi teman2 yg ingin coba menulis, bisa kirimkan artikel ke lindungi.com ya 😊
Email saya : desisaragih@lindungi.com
Saya tutup materi saya dengan mengutip kata2 dari Chris Wright, Director dari Climate Tracker global:
_Kita tidak pernah tahu tulisan kita akan membawa kita ke perubahan seperti apa, tapi yang pasti kita bisa tahu apa yang akan terjadi kalau kita tidak menulis : Tidak akan ada perubahan yang terjadi_

Terimakasih semuanya semoga bermanfaat 🙏🏻

Waahhh.. Terima kasih atas materi yang sangat menginspirasi, terima kasih juga sudah bersedia untuk memberikan ilmu nya ka Desi🤩🤩🤩

Terakhir, saya Regina Maheswari Saniputri selaku moderator, mohon undur diri, terima kasih atas partisipasinya dan mohon maaf apabila ada kesalahan,  Wassalamualaikum wr. Wb.

Salam hangat,
Moderator seminar,
Regina Maheswari Saniputri

Notulensi,
Herlina


Tidak ada komentar:

Posting Komentar